
Film yang berkisah tentang sebuah dunia menurut sudut pandang seorang
 yang jiwanya terganggu,semacam psikopat. Indikasinya sudah dimulai 
lewat opening scene seorang pria bernama Elang (Abimana Aryasatya) 
berlari di hutan dan kemudian menumpang mobil Mercedes-Benz klasik yang 
dikendarai seorang perempuan bernama Jingga (Imelda Therine). Di jok 
belakang ada dua mayat perempuan berlumur darah yang membuat Elang 
ketakutan dan lebih menakutkan lagi ada sosok berkostum kelinci di 
samping perempuan yang mengemudi.Mimpi buruk. Elang terbangun dari 
tidurnya. Cerita bergulir, dia merasa berada di kota yang penuh dengan 
“orang-orang aneh”. Film mengikuti kegiatan rutin Elang. Setiap pagi 
nongkrong di kafe, bicara dengan Ningsih pelayannya, meresa diawasi pria
 setengah baya berambut gondrong, serta pemilik kafe. Mereka bicara soal
 pembunuhan berantai yang semua korban perempuan. Lalu tetangga di 
flatnya yang diset jadul, menemukan seorang anak perempuan bernama Senja
 (Avrilla) bermain di lorong, ibunya Djenar (Laudya Cynthia Bella).Dia 
merasa suami dari Djenar bernama Guntur (Verdy Solaiman) orang yang 
aneh. Kemudian dia tambah ketakutan ternyata Guntur kerja di bisnis 
pertunjukan lempar pisau dan berkostum kelinci. Ada juga potongan cerita
 Elang bekerja di bar. Di sini ia kerap melihat perempuan dalam mimpinya
 itu. Dalam sebuah insiden, dia menyelamatkan perempuan dari kekerasan 
yang dilakukan soerang pria. dia akhirnya tahu namanya Jingga, 
profesinya pelacur.Jingga bercerita bahwa dia pernah diperkosa oleh tiga
 pria di sebuah tempat di Jalan Flamboyan. Elang dengan dingin membalas 
dendam perempuan yang dicintainya dengan kapak. Polisi pun akhirnya 
mulai ikut campur, mereka adalah Yosef (Arsewendi Nasution) dan rekannya
 (T.Rifnu Wikana). Mereka dengan mudah menangkap Elang. Apalagi ada 
saksi Ibu Kebaya (Jajang C.Noer) yang mendengar suara itu dan 
membenarkan ada cerita tentang gadis yang diperkosa.Polisi menemukan 
bahwa gadis diperkosa itu sudah mati dua tahun lalu. Itu artinya mungkin
 Elang membaca berita koran dan mengarang cerita. Apalagi namanya juga 
bukan Jingga. Tetangganya Elang ternyata tidak pernah ada. Bahkan yang 
disebutnya sebagai Djenar, Senja itu adalah istri dan anaknya sendiri 
yang dibunuhnya dengan sadis. Semuanya mengarah ke kesan bahwa Elang lah
 si pembunuh berkostum kelinci. Dengan kata lain Elang adalah psikopat. 
Apalagi diketahui dia pasien yang lari dari rumah sakit jiwa.
Kecuali suatu hal. Salah seorang dari kedua polisi itu menemukan 
bahwa ada cerita dari Elang yang bukan dari sudut pandangnya sendiri 
alias bukaan rekaan orang sakit alias fakta. Ketika itu disadari, polisi
 sudah terlambat. Ending cerita dari Upi sang sutradara juga penulis ini
 yang brilian dan membuat Belenggu sulit ditebak. Seperempat dari cerita
 menjelang bagian akhir membuat film ini cerdas, bahkan jenius.
Kelebihan kedua sinematografi film ini artistik. Suasana muram style 
seperti tahun 1970-an bahkan mirip 1950-an, ada radio jadul, kipas angin
 jadul, bak mandi jadul, dan properti lainnya kebanyakan jadul. Namun 
kedua polisi berbicara menggunakan ponsel. Mobil mereka juga modern. 
Kalau disebut antah beranda, nggak juga, ada taksi dengan tajuk Jakarta.
 Film ini juga tidak pantas ditonton oleh anak-anak karena cukup sadis.
Cari Di Sini
Belenggu
Posted by
Unknown
Wednesday, January 15, 2014
Asia dan Manca
(201)
Film 2014
(142)
Indonesia
(138)
Film 2015
(100)
Film 2013
(86)
Anime
(85)
Bollywood
(79)
Di Bro Paiton
(65)
Episode
(54)
Film Korea
(22)
Film Spesial
(12)
Komedi
(4)
Film CAM
(1)
 

